Ustaz Abdul Somad: Dari Bangku Kuliah ke Mimbar Dunia
Sumber: REPUBLIKA.CO.ID
Ustaz Abdul Somad (UAS) adalah salah satu nama yang tak asing lagi dalam dunia dakwah di Indonesia. Dengan gaya ceramah yang lugas, ilmiah, dan penuh humor, ia berhasil menarik hati jutaan umat dari berbagai latar belakang. Di balik sosok yang kini dikenal luas, tersimpan kisah perjuangan panjang yang layak diangkat sebagai inspirasi.
—Awal Perjalanan: Dari Asahan ke Mesir
Ustaz Abdul Somad lahir di Asahan, Sumatera Utara, pada 18 Mei 1977. Masa kecilnya banyak dihabiskan di Riau, tempat ia tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nilai-nilai keislaman. Sejak dini, kecintaannya pada ilmu agama sudah tampak. Ia menghafal Al-Qur'an, belajar kitab kuning, dan aktif dalam berbagai kegiatan keislaman.
Setelah menamatkan pendidikan dasar, UAS melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Al-Azhar dikenal sebagai salah satu pusat keilmuan Islam tertua dan paling prestisius di dunia. Di sana, UAS bukan hanya belajar ilmu agama, tapi juga merasakan kehidupan intelektual Islam dalam berbagai warna. Ia menyerap tradisi keilmuan yang kritis dan terbuka, yang kelak membentuk gaya ceramahnya yang khas: padat, bernas, dan ilmiah.
—Mengabdi Lewat Dakwah dan Pendidikan
Pulang dari Mesir, UAS tidak langsung menjadi penceramah terkenal. Ia lebih dahulu mengabdi sebagai dosen di UIN Sultan Syarif Kasim Riau dan aktif menulis artikel ilmiah, mengajar di berbagai pesantren, serta terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Di masa ini pula, ia menyelesaikan studi pascasarjananya di Maroko dan memperdalam penguasaan terhadap berbagai disiplin keilmuan Islam, dari tafsir hingga hadis, dari fiqih hingga sejarah.
Namanya mulai dikenal publik luas ketika rekaman-rekaman ceramahnya menyebar di media sosial, khususnya YouTube. Gaya bahasanya yang membumi, ditambah selera humor yang segar, membuat dakwahnya mudah diterima oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Tak jarang, ia mengutip kitab-kitab klasik dalam bahasa Arab langsung, lalu menerjemahkannya dengan cerdas ke dalam konteks kekinian.
—Ujian, Kontroversi, dan Konsistensi
Seiring dengan kepopulerannya, UAS juga menghadapi berbagai ujian. Ia pernah ditolak masuk ke beberapa negara karena pandangannya yang dinilai kontroversial. Namun dalam berbagai kesempatan, ia menegaskan bahwa dakwah yang ia bawa bukanlah untuk memecah belah, melainkan untuk menyatukan umat dalam semangat keilmuan dan keimanan.
Konsistensinya dalam berdakwah terlihat dari kesediaannya mengisi pengajian di berbagai pelosok tanah air, dari kota besar hingga desa terpencil. Ia juga aktif menggalang bantuan untuk pembangunan masjid, pesantren, dan kegiatan sosial lainnya. Di media sosial, ia tidak sekadar berdakwah, tetapi juga menyampaikan pesan moral, kebangsaan, dan edukasi dengan bahasa yang santun.
—Jejak Intelektual dan Spiritualitas
Kisah hidup Ustaz Abdul Somad mengajarkan bahwa ilmu dan dakwah bukanlah jalan yang instan. Butuh kesungguhan, keikhlasan, dan keberanian. Di tengah dunia yang semakin kompleks, UAS hadir sebagai pengingat bahwa suara ulama masih relevan, asalkan disampaikan dengan jujur, cerdas, dan menyentuh hati.
Kini, UAS bukan hanya milik umat Islam Indonesia, tetapi juga menjadi tokoh yang dikenal di mancanegara. Ia adalah contoh bahwa seorang dai bisa menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, antara teks dan konteks, antara iman dan realitas.
Komentar
Posting Komentar